Senin, 23 Maret 2009

Artikel Hindu


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang
Pura merupakan tempat ibadah umat hindu ada banyak pelinggih dipura-pura bukan berarti umat hindu menyembah banyak tuhan atau salah penafsiran bahwa umat hindu menganut politheisme, kurangnya pemahaman terhadap makna dari bangunan pelinggih-pelinggih yang ada dipura tersebut yang memiliki makna filosofis sendiri.

I.2 Tujuan penulisan
Penulisan paper ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Darsana
b. Menguraikan tentang pura dan pelinggih khususnya Meru.

I.3 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan paper ini adalah sebagi berikut :
a. Bagaimana pengertian pura dan meru ?
b. Apa kaitannya dengan nyaya ?

I.4 Metode penulisan
Penulisan paper ini adalah menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mengambil materi-materi dari buku terkait.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Tentang Pura
1. Pengertian
Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabhawa (manifestasi-Nya) dan atma sidha dewata (roh suci leluhur). Disamping dipergunakan istilah pura untuk menyebut tempat suci atau tempat pemujaan, dipergunakan juga istilah kahyangan atau parhyangan.

2. Fungsi pura
Pura adalah tempat suci umat hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan hyang widhi wasa dalam segala prabhawa (manifestasi-Nya) dan atau atma sidha dewata (roh suci leluhur) dengan sarana upacara yadnyanya sebagai perwujudan dari tri marga

3. Tujuan pengelompokan pura
a. Untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran umat terhadap pura sebagai tempat suci umat hindu
b. Menghindari adanya salah tafsir bahwa dengan adanya banyak palinggih disuatu pura agama hindu dianggap politheistik

4. Dasar Pengelompokan pura dibali
a. Tatwa agama hindu yang berpokok pangkal pada konsepsi ketuhanan : “ekam sat wipra bahudha vadanti”, hanya ada satu Tuhan orang arif bijaksana menyebutnya banyak nama. Brahman atman aikyam artinya : Brahman dan atman hakekatnya manungggal (reg weda)
b. Prabawe hyang widhi wasa dan atau atma sidha dewata yang dipuja dipura tersebut
c. Penyiwi pura tersebut, jagat dan warga (clan)

5. Pengelompokan pura dibali
a. Berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi 2 kelompok :
1. Pura jagat yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja hyang widhi wasa dalam segala prabhawa-Nya (manifestasi-Nya).
2. Pura kawitan yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja atman sidha dewata (roh suci leluhur).

b. Berdasarkan karakterisasinya digolongkan menjadi empat kelompok :
1. Pura kahyangan jagat yaitu pura tempat pemujaan hyang widhi wasa dalam segala prabhawanya seperti pura sad kahyangan
2. Pura kahyangan desa ( teritorial ) yaitu pura yang disungsung oleh desa adat.
3. Pura swagina (pura fungsional) yaitu pura yang penyiwinya terkait oleh ikatan swaginanya atau kekaryaannya yang mempunyai profesi sama dalam system mata pencaharian hidup seperti pura subak, pura melanting dan yang sejenisnya.

4. Pura kawitan yaitu pura yang penyiwinya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis kelahiran (geneologis) seperti sanggah atau merajan, pretiwi, ibu panti, dadia, batur, dadia, penataran dadia, dalem dadia, pedharman dan sejenisnya.

B. Tentang tinjauan filosofis dan fungsi meru
1. Pengertian
Meru adalah salah satu jenis tempat pemujaan untuk istadewata, bhatara-bhatari yang melambangkan gunung maha meru. Landasan filosofis dari meru adalah berlatar belakang pada anggapan adanya gunung suci sebagai stana para dewa dan roh suci leluhur. Untuk kepentingan pemujaan akhirnya gunung suci itu dibuatkan bentuk replica tiruan berbentuk bangunan yang dinamai candi, prasada dan meru.

II. fungsi meru ada dua macam.
1. Tempat pemujaan ista dewata seperti meru di kiduling kreteg tempat pemujaan brahma, dan sebagainya. Dipura batu madeg tempat pemujaan wisnu.
2. Tempat pemujaan bhata-bhatari seperti pada padarman dikomplek pura besakih dan sebagainya.
3. Untuk membedakan jenis meru pemujaan ista dewata dan bhatara-bhatari antara lain :
a. Dari segi pedagingan
b. Dari segi puja/stawa.

III. bentuk meru
1. Ciri umum bentuk meru
a. Dapat dibedakan dasar, badan, atap
b. Bangun dasarnya segi empat
2. Khusus
a. Ada jenis meru yang badannya berbentuk ruangan yang dapat dipergunakan tempat untuk sembahyang, dan ada pula meru yang badannya berbentuk “banyah” yang ruangannya tidak dapat dimasuki sebagai tempat bersembahyang.
b. Atap meru bertumpang dan sebanyak-banyaknya tumpang 11 (sebelas)
c. Arti susunan atap yang pada umumnya ganjil adalah melambangkan “patalaning bhuwana dan pengakuluan dasaksara”.

3. Stuktur
a. Bagian dasar menggunakan struktur nasif (padat)
b. Bagian badan dan atap memakai stuktur kerangka, bahannya diutamakan memakai kayu dan atap ijuk.

C. Tentang meru
1. Meru adalah melambangkan gunung meru yang merupakan sthana pelinggih dewa-dewi,betara-bhatari leluhur berdasarkan lontar purana dewa, kusuma dewa, widhi sastra, wariga catur winasa sari dan jaya purana.
Meru dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Meru tumpang satu
b. Meru tumpang dua
c. Meru tumpang tiga
d. Meru tumpang lima
e. Meru tumpang tujuh
f. Meru tumpang Sembilan
g. Meru tumpang sebelas
Meru tumpang satu sampai dengan meru tumpang tiga ber pedagingan pada dasar dan puncak, sedang meru tumpang lima sampai meru tumpang sebelas berpedagingan pada dasar, madya dan puncak.
Adapun jumlah tumpang-tumpang meru melambangkan kekuatan dan manifestasi ida sang hyang widhi wasa.

2. Tata cara pembuatan meru berdasarkan atas lontar asta kosala-kosali dan astha bhumi.
3. Upakara/upacara termasuk pependeman dan pedagingan berdasarkan lontar dewa tattwa, wariga catur winasa sari, usana dewa, widhi tattwa terutama kesuma dewa.


BAB III
PENUTUP

III.1 kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa arti dari bentuk pelinggih yang ada dipura-pura khususnya meru melambangkan gunung dimana umat hindu meyakini gunung sebagai tempat suci, tempat bagi para dewa dan roh suci leluhur erat kaitannya dengan nyaya pendirinya ialah gotama isinya ialah filsafat logika,bangunan meru merupakan replica dari gunung meru.